Pages

Rabu, 04 Desember 2013

Gamelan



Gamelan adalah ensembel musik yang biasanya menonjolkan metalofon, gambang, gendang, dan gong. Istilah gamelan merujuk pada instrumennya / alatnya, yang mana merupakan satu kesatuan utuh yang diwujudkan dan dibunyikan bersama. Kata Gamelan sendiri berasal dari bahasa Jawa gamel yang berarti memukul / menabuh, diikuti akhiran an yang menjadikannya kata benda. Orkes gamelan kebanyakan terdapat di pulau Jawa, Madura, Bali, dan Lombok di Indonesia dalam berbagai jenis ukuran dan bentuk ensembel. Di Bali dan Lombok saat ini, dan di Jawa lewat abad ke-18, istilah gong lebih dianggap sinonim dengan gamelan.

Kemunculan gamelan didahului dengan budaya Hindu-Budha yang mendominasi Indonesia pada awal masa pencatatan sejarah, yang juga mewakili seni asli indonesia. Instrumennya dikembangkan hingga bentuknya sampai seperti sekarang ini pada zaman Kerajaan Majapahit. Dalam perbedaannya dengan musik India, satu-satunya dampak ke-India-an dalam musik gamelan adalah bagaimana cara menyanikannya. Dalam mitologi Jawa, gamelan dicipatakan oleh Sang Hyang Guru pada Era Saka, dewa yang menguasai seluruh tanah Jawa, dengan istana di gunung Mahendra di Medangkamulan (sekarang Gunung Lawu). Sang Hyang Guru pertama-tama menciptakan gong untuk memanggil para dewa. Untuk pesan yang lebih spesifik kemudian menciptakan dua gong, lalu akhirnya terbentuk set gamelan.[rujukan?]
Gambaran tentang alat musik ensembel pertama ditemukan di Candi Borobudur, Magelang Jawa Tengah, yang telah berdiri sejak abad ke-8. Alat musik semisal suling bambu, lonceng, kendhang dalam berbagai ukuran, kecapi, alat musik berdawai yang digesek dan dipetik, ditemukan dalam relief tersebut. Namun, sedikit ditemukan elemen alat musik logamnya. Bagaimanapun, relief tentang alat musik tersebut dikatakan sebagai asal mula gamelan.
Penalaan dan pembuatan orkes gamelan adalah suatu proses yang kompleks. Gamelan menggunakan empat cara penalaan, yaitu sléndro, pélog, "Degung" (khusus daerah Sunda, atau Jawa Barat), dan "madenda" (juga dikenal sebagai diatonis, sama seperti skala minor asli yang banyak dipakai di Eropa.
Musik Gamelan merupakan gabungan pengaruh seni luar negeri yang beraneka ragam. Kaitan not nada dari Cina, instrumen musik dari Asia Tenggara, drum band dan gerakkan musik dari India, bowed string dari daerah Timur Tengah, bahkan style militer Eropa yang kita dengar pada musik tradisional Jawa dan Bali sekarang ini.
Interaksi komponen yang sarat dengan melodi, irama dan warna suara mempertahankan kejayaan musik orkes gamelan Bali. Pilar-pilar musik ini menyatukan berbagai karakter komunitas pedesaan Bali yang menjadi tatanan musik khas yang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari.
Namun saat ini gamelan masih digunakan pada acara-acara resmi seperti pernikahan, syukuran, dan lain-lain. tetapi pada saat ini, gamelan hanya digunakan mayoritas masyarakat Jawa, khususnya Jawa Tengah



Senin, 18 November 2013

Tari Jawa

Tari
Seni Tari Jawa kuwi awujud seni tari kang adi luhung, sakral lan relijius. Tari Jawa akèh jinisé, ing antarané Srimpi, Bedhaya, Gambyong, Wireng, Prawirayuda, Wayang-Purwa Mahabarata-Ramayana. Mligi ing Mangkunegaran kasebut Tari Langendriyan, kang njupuk saka crita Damarwulan.
Tari kang kawentar ing Kraton Solo antawisipun Bedhaya Ketawang lan Srimpi. Miturut Kitab Wredhapradhangga kang dianggep pangripta tari Bedhaya Ketawang iku panjenengané Sultan Agung (1613-1645) raja kapisan krajan Mataram. Tari Bedhaya Ketawang ora mung ditampilaké nalika jumenengan nata anyarananging uga saben taun sepisan ing dina jumenengan utawa Tingalan Dalem Jumenengan.

Langsung menyang: pandhu arah, pados










Jenis Tari Bedhaya
  • Bedhaya Ketawang suwéné (durasi) tarian 130 menit
  • Bedhaya Pangkur suwéné (durasi) tarian 60 menit
  • Bedhaya Duradasih suwéné (durasi) tarian 60 menit
  • Bedhaya Mangunkarya suwéné (durasi) tarian 60 menit
  • Bedhaya Sinom suwéné (durasi) tarian 60 menit
  • Bedhaya Endhol-endhol suwéné (durasi) tarian 60 menit
  • Bedhaya Gandrungmanis suwéné (durasi) tarian 60 menit
  • Bedhaya Kabor suwéné (durasi) tarian 60 menit
  • Bedhaya Tejanata suwéné (durasi) tarian 60 menit



Bedhaya Ketawang
Kaistiméwan Tari Bedhaya Ketawang:
  • Pilihan dina latihan lan penampilan saben Selasa Kliwon (Anggara Kasih).
  • Lakuné para penari nalika metu lan mlebu menyang Dalem Ageng tansah ngiteri Sinuhun kanthi arah manengen.
  • Sandhangan para penari lan gendhing / tembang kudu manut paugeran kang ana.
Sandhangan penari
  • Dodot banguntulak.
  • Lapisan ngisor nganggo cindhé kembang, [werna]] ungu, lengkap nganggo pendhing bermata lan bunta.
  • Riasan pasuryan kaya riasan temanten putri.
  • Sanggul bokor mengkureb lengkap kanthi perhiasan-perhiasané, kang dumadi saka: centhung, garudha mungkur, sisir jeram saajar, cundhuk mentul lan ngango tiba dhadha (untaian rangkaian kembang kang digantungaké ing dada bagian tengen).
Tembang lan Gamelan
  • Tembang kang dialunaké para swarawati nggambaraké rayuan kang bisa nuwuhaké rasa birahi.
  • Gamelan kang dipigunakaké arupa gamelan laras pelog, tanpa keprak
Rakitan penari
  • Rakitan tari lan jeneng paragané béda-béda. Ing larikan ngarep para penari lungguh lan njogèd kanthi urutan kaya mangkéné:
    • Batak
    • Endhel ajeg
    • Endhel weton
    • Apit ngarep
    • Apit mburi
    • Apit meneg
    • Gulu
    • Dhada
    • Boncit
Jroning mbeksa mesthi waé urutané ora tetep nanging owah-owah miturut adegané, nanging ana ing panutup tari banjur lungguh manèh jèjèr telu-telu. Sawisé kuwi iring-iringan mlebu menyang Dalem Ageng, uga kanthi ngiteri sakiwané Sinuhun.
Srimpi
Artikel utama: Srimpi
Saliyanén tarian kang sakral mau Kraton Kasunanan/Pakubuwono uga nyiptakaké tarian liya kayata Tari Srimpi, yaiku tarian kang nggambaraké perang tanding loro satria.
Jenis Tari Srimpi
Tari serimpi kanggo mangayubagya pèngetan dina wiyosan Pakubuwoono X (Foto kolèksi Troopenmuseum)
  • Srimpi padelori
  • Andong-andong
  • Arjuno Mangsah
  • Dhempel Sangopati
  • Elo-elo
  • Dempel
  • Gambir sawit
  • Muncar
  • Gandokusuma
  • Srimpi lobon
Tari Jawa Modhèrn
  • Tari Golèk
  • Tari Bondhan
  • Tari Kelana Topeng
  • Tari Gambiranom
  • Tari Gagrag anyar

Minggu, 17 November 2013

Rumah Adat Jawa Tengah


Secara sosial, dulunya tidak banyak yang mempunyai rumah adat dikarenakan rumah ini merupakan lambang status sosial bagi orang-orang Jawa yang mempunya kemampuan ekonomi yang berlebih. Rumah Joglo adalah jenis rumah yang membutuhkan banyak bahan materi rumah yang mahal, terutama dari kayu. Umumnya pemilik rumah Joglo dulunya berasal dari kalangan ningrat atau bangsawan. Rumah jenis ini biasanya juga membutuhkan lahan yang luas dikarenakan beberapa bagian rumahnya digunakan untuk menerima tamu atau memuat banyak orang.

Bagian-bagian dalam Rumah Adat Jawa Tengah

Umumnya bagian rumah adat Jawa Tengah terdiri dari tiga bagian utama: pendhopo, pringgitan, dan omah ndalem atau omah njero. Pendhopo adalah bagian rumah yang biasanya digunakan untuk menerima tamu. Pringgitan adalah bagian ruang tengah yang digunakan untuk pertunjukan wayang kulit; berasal dari akar kata “ringgit” yang artinya wayang kulit. Bagian ketiga adalah omah ndalem atau omah njero, yang merupakan ruang keluarga. Dalam omah njero terdapat tiga buah kamar (senthong), yaitu senthong kanan, tengah, dan kiri.
Dilihat dari strukturnya, rumah adat Jawa Tengah mungkin terlihat lebih sederhana.  Pembangunan bagian rumah seperti pendhopo membutuhkan empat buah tiang penyangga guna menyangga berdirinya rumah. Tiang-tiang tersebut dinamakan soko guru, yang juga merupakan lambang penentu arah mata angin. Dari empat soko guru tersebut, terdapat juga tumpang sari yang merupakan susunan terbalik yang tersangga soko guru. Ndalem atau omah njero digunakan sebagai inti dari sebuah Joglo. Dilihat dari struktur tata ruangnya, bagian ndalem mempunyai 2 ketinggian yang berbeda. Hal ini bertujuan agar terdapat ruang sebagai tempat sirkulasi udara.
Joglo adalah jenis rumah adat suku Jawa yang terlihat sederhana dan digunakan sebagai lambang atau penanda status sosial seorang priyayi atau bangsawan Jawa. Rumah ini mempunyai keunikan atau kekhasan tersendiri dengan adanya tiang-tiang penyangga atau soko guru, beserta tumpang sari nya. Setiap bagian rumah merepresentasikan fungsi yang berbeda, yang dibangun di atas lahan yang luas juga; oleh karena itu, rumah ini hanyalah dipunyai orang dari kalangan berpunya saja.

Wayang Kulit


Dalang memainkan wayang kulit di balik kelir, yaitu layar yang terbuat dari kain putih, sementara di belakangnya disorotkan lampu listrik atau lampu minyak (blencong), sehingga para penonton yang berada di sisi lain dari layar dapat melihat bayangan wayang yang jatuh ke kelir. Untuk dapat memahami cerita wayang (lakon), penonton harus memiliki pengetahuan akan tokoh-tokoh wayang yang bayangannya tampil di layar.
Secara umum wayang mengambil cerita dari naskah Mahabharata dan Ramayana, tetapi tak dibatasi hanya dengan pakem (standard) tersebut, ki dalang bisa juga memainkan lakon carangan (gubahan). Beberapa cerita diambil dari cerita Panji.
Pertunjukan wayang kulit telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003, sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan berharga ( Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity ). Wayang kulit lebih populer di Jawa bagian tengah dan timur, sedangkan wayang golek lebih sering dimainkan di Jawa Barat.

Sumber : Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
 

Blogger news

Blogroll

About